Ismail Suardi Wekke
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong
Terkini.id, Gowa – Tahun ajaran sudah berlalu sepekan. Semuanya dengan kelaziman baru. Sementara ini, tak ada antar-mengantar anak ke sekolah. Demikian tentunya juga, tak ada ritual menjemput.
Anak sejak bangun tidur, sampai tidur lagi, tetap di rumah. Sehingga mereka mendapatkan pengasuhan sepenuhnya dari orang tua.
***
Dalam percakapan di media sosial, ada tuntutan untuk membuka sekolah. Saya menjawabnya “apa yakin? Dengan membuka sekolah anak-anak kita akan tetap selamat”.
Bagi istri saya, dan kami sekeluarga memilih untuk tetap menempatkan anak di rumah saja, sampai pada saatnya wabah memang sudah berlalu.
Ini juga saat yang menjadi kesempatan untuk semua keluarga hanya di rumah saja. Bahkan melampaui bulan madu ketika pengantin baru dulu.
Anak-anak tetap dapat belajar. Sekaligus menegaskan kembali kepada kita bahwa belajar tak harus di sekolah. Ketika sekolah belum dapat memastikan keamanan anak-anak kita dari wabah, maka tetap di rumah, adalah pilihan yang dapat dilakukan.
***
Lalu, “apa yang dapat kita lakukan?”. Pada hal-hal sederhana yang nantinya akan menjadi bekal kehidupan anak-anak kita. Bahkan sekalipun itu, badai Covid-19 sudah berlalu.
Bagi muslim, dengan shalat berjamaah. Dimana tidak dapat kita lakukan sepenuh masa sebelum corona. Di tengah wabah, berjamaah dilakukan dengan keluarga inti saja.
Selama ini, adakalanya abai dengan komunikasi daring. Padahal, itu sama sopannya dengan komunikasi daring. Sehingga akan wujud kelaziman baru dimana sebelumnya belum lazim.
Petuah-petuah orang tua akan lebih banyak dilakukan dengan interaksi. Termasuk dengan mendampingi proses belajar bersama.
Maka, pendidikan merupakan tanggungjawab Bersama antara sekolah dan rumah. Dimana sekolah diwakili guru, dan orangtua di rumah.
Kesempatan ini juga mengajarkan kembali kepada kita bahwa pembelajaran merupakan kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah.
Tidak saja bagi orang tua dengan membayar uang SPP, kemudian itu selesai. Begitu pula, bagi pemerintah. Ketika sudah menyiapkan dana BOS, maka tidak berarti bahwa itu juga sudah selesai.
Perlu kolaborasi antara guru dan orangtua, demikian pula antara masyarakat dan pemerintah. Berjalan seiring dan saling mendukung.
Akhirnya, kesempatan wabah ini, merupakan kesempatan langka. Justru kita menjadi orang-orang yang terpilih untuk menjalaninya.
“Tak akan dibebankan cobaan, jikalau kita tidak mampu mengembannya”, demikian terjemahan bebas dari pesan Quran. Maka, cukup satu yang perlu kita lakukan yakni meyakini bahwa kita orang yang cukup mampu menjalani semua kondisi saat ini. Dimana anak-anak kita mendapat dekapan orang tua masing-masing.