HMI dan Arah Gerakan Organisasi di Masa Depan
Komentar

HMI dan Arah Gerakan Organisasi di Masa Depan

Komentar

Terkini.id, Gowa – Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang sementara terlaksana sejatinya hanyalah merupakan potret semata. Itu merupakan serpihan yang menggambarkan mozaik HMI dalam gambar yang lebih besar.

Dimana HMI dan perangkatnya, termasuk di dalamnya senior-senior yang selalu bersedia mengulurkan tangan, masih memungkinkan untuk relevan hingga masa yang akan datang.

Hanya saja, perlu waktu yang meniti ke sana. Ketika itu gagal, maka jangan sampai ini jsutru menjadi kongres terakhir.

Bagi warga HMI, perhelatan yang diwarnai dengan aksi-aksi pertengkaran seperti ini disebut sebagai dinamika.

Bahkan, itulah ekspresi kecintaan seorang kader. Bersedia merasakan denyut kongres dengan merelakan diri dari kemungkinan terpapar virus di tengah pagebluk covid-19.

Baca Juga

Sejenak kita menengok apa perjalanan HMI hingga kini.

Fase antara suasana revolusi yang menjadi masa-masa kelahiran HMI dimaknai dengan keikutsertaan memperjuangkan kepentingan umat dan bangsa.

Begitu memasuki masa di mana Bung Karno otoriter, HMI diancam dibubarkan. Fase ini, HMI dapat melewatinya. Tidak saja di jenjang kepengurusan tertinggi, Pengurus Besar, di daerah dengan kepengurusan cabang juga mengalami tekanan dari Partai Komunis Indonesia.

Pada fase Orde Baru, HMI justru menjadi “penikmat” kekuasaan. Alumni HMI bertebaran di partai politik, dan juga menjadi diantara organisasi kemahasiswaan yang mampu menunjukkan eksistensi secara luas.

Posisi sebagai elit politik inilah yang dinarasikan melalui ceramah-ceramah latihan kader. Bukan saja oleh para penceramah LK-I tetapi bahkan untuk LK-II kehadiran tokoh politik selalu menjadi ukuran tersendiri.

Prestise LK ditandai dengan tolok ukur kehadiran para elit politik nasional. 

Kenyamanan inilah yang membuat HMI lambat merespon pergolakan politik nasional di akhir era Orde Baru sehingga mahasiswa mengekspresikan pembentukan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

Secara emosional, pembentukan KAMMI juga melalui kewujudan kader-kader HMI yang bergabung dalam lembaga dakwah sebagai cikal bakal pembentukan KAMMI.

Pada fase inilah HMI tidak lagi hanya lambat merespon persoalan eksternal, tetapi bahkan sejak usai Kongres XXIII Balikpapan 2021, kepengurusan ganda mendera HMI.

Berawal dari tingkat pengurus tertinggi Pengurus Besar, kemudian menjalar sampai ke Pengurus Cabang.

Kini, bahkan di tingkat Pengurus Komisariat juga terjadi.

Bukan itu saja, kepengurusan dalam pelbagai jenjang enggan melepaskan posisinya. Pengurus Cabang dalam kasus tertentu melewati kepengurusan setahun.

Begitu pula di komisariat. Tragisnya, ada ketua umum yang tidak lagi berstatus mahasiswa. Dengan kondisi cuti, atau bahkan tidak mengurus kuliah. Tetapi mengurusi HMI penuh waktu yang akhirnya statusnya mahasiswanya lepas.

Dari kondisi ke kondisi kepengurusan ganda dan juga abainya terhadap status kemahasiswaan mendera. Menjadi masalah tersendiri.

Sementara itu, harapan tetap diletakkan pada kader HMI sebagai kader umat dan bangsa. Pada pundak mereka, kemampuan untuk tidak sectarian selalu dibebankan.

Dimana dalam kesempatan-kesempatan tertentu, justru kristalisasi identitas organisasi masyarakat yang selalu menjadi acuan.

Walaupun HMI menjadi identitas tersendiri, juga dinayatakan oleh Purnomo (2017) sebagai contoh sukses, dan juga contoh kegagalan politik identitas, kader-kader HMI tetap saja dapat menempati posisi moderat.

Kembali pada suasana Kongres Surabaya. Dimana untuk menetapkan keputusan strategis bagi organisasi, tidak dapat dicapai sama sekali.

Kondisi dari pleno ke pleno diwarnai dengan pertengkaran. Bukan hanya HMI-wan, HMI-wati juga cakap bertengkar. 

Masih teramat susah untuk berharap untuk merumuskan pemikiran yang dapat berkontribusi bagi kondisi kebangsaan, dimana HMI juga masih menjadi bagian dari masalah itu sendiri.

HMI terbukti bisa menyelesaikan apapun kondisi keterbatasan yang ada selama ini. Untuk itu, tetap saja ada harap yang dapat disandangkan. Dimana, HMI akan menemukan penyelesaian masalah-masalah yang menderanya.

Ismail Suardi Wekke
Pengurus Besar 
Himpunan Mahasiswa Islam
2006-2008