Cerita Seorang Mahasiwa Penjual Kopi Keliling Demi Membayar SPP
Komentar

Cerita Seorang Mahasiwa Penjual Kopi Keliling Demi Membayar SPP

Komentar

Terkini.id, Gowa – Berbekal harapan dan doa, Sirajuddin memulai aktivitasnya sebagai penjual kopi keliling. Dia rela banting tulang demi bisa membayar uang kuliah dan juga menutupi kebutuhan sehari-harinya bersama ibunya lantaran kebutuhan ekonomi yang berat.

Mahasiswa UIN Alauddin Makassar ini sejak awal kuliah sudah mulai mencari penghasilan sendiri, dia pernah kerja sebagai kuli bangunan, pengantar alat bangunan dan juga pekerja di warkop. Setelah akhirnya banting setir membuat usaha sendiri menjual kopi keliling.

Siraj sapaannya saat ini duduk di semester sepuluh di Jurusan Pendidikan Agama Islam. Perjalanannya hingga sampai di situ mengharuskan dirinya bekerja keras demi membayarkan uang kuliah. Seharusnya Siraj selesai di semester sembilan namun dia sempat mengambil cuti di semester delapan karena tidak bisa bayar SPP.

Berusia 22 tahun, Siraj memang sudah dewasa, namun tidak semua seusianya berpikir seperti dirinya. Yah selain karena tuntutan ekonomi. Dia juga harus menjadi tumpuan hidup ibunya setelah sang ayah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Apalagi dua saudaranya sudah berkeluarga, dan tidak lagi tinggal serumah bersama ibunya.

Siraj tinggal bersama ibunya di Kelurahan Paccinongang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Sejak pagi Siraj harus meninggalkan rumah pergi jualan kopi, dan dia pulang ke rumah setelah larut malam. Siraj menghabiskan waktunya di jalan meraut rejeki halal demi bisa memenuhi biaya kuliah, dan kebutuhan hidup bersama ibunya.

Baca Juga

Di semester sepuluh ini, Siraj kembali mengambil cuti kuliah karena dengan persoalan yang sama tidak mampu membayar uang SPP. Di menyadari di tengah pandemi Covid-19 membuat penghasilannya menurun. Yang biasanya dalam sebulan bisa mendapatkan sejuta lebih, namun kini tidak lagi mencapai sebanyak itu.

Siraj memulai bisnisnya itu sejak awal tahun 2019 jauh sebelum Covid-19 masuk di Indonesia awal tahun 2020. Biasanya Siraj menghabiskan jualannya di tempat tongkrongan mahasiswa di sudut-sudut kota. Namun karena aturan jaga jarak dan mahasiswa banyak yang pulang ke daerahnya sehingga membuat tempat penghasilannya berkurang imbas Covid-19.

Meski demikian semangat Siraj tidak urung untuk terus menulusuri jalan-jalan di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa menjajakan dagangannya menggunakan sepeda motor Honda Astrea demi bisa membayar uang kuliahnya semester depan. Dan, dalam sehari, diakuinya biasa berhasil menjual 10 hingga 20 gelas kopi. Taksiran pendapatan dalam sehari ratusan ribu rupiah.

“Saya cuti semester ini, jadi saya fokus berjualan, dan berharap bisa membayar SPP semester depan, biar saya bisa lanjutkan kuliah lagi. Apalagi saya sudah penyelesaian terakhir, dan kemarin semester sembilan saya sudah mulai proses bimbingan proposal,” kata Siraj saat ditemui di kampusnya di Gowa beberapa hari lalu.

Coffee Legenda, nama dari bisnis kecil Siraj, diambil dari nama motornya sendiri. Beraneka ragam minuman hangat dan dingin yang dijualnya. Harganya pun sangat ramah, mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 8 ribu. Dengan harga ini Siraj hanya mendapat keuntungan Rp 2 ribu per gelas.

Tidak ada rasa malu dan minder dalam diri Siraj. Motivasi dan semangat Siraj sangat besar menjalankan bisnis kecilnya ini. Dia punya harapan yang besar kelak nanti setelah menyelesaikan kuliah dirinya bisa punya usaha sendiri yang besar, dan bisa membantu kebutuhan ibunya.

Sebelum dirinya banting setir menjadi penjual kopi keliling, dia juga pernah bekerja sebagai kuli bangunan dan pengantar bahan bangunan sejak duduk di bangku SMA, hingga melanjutkan pendidikannya di UIN Alauddin Makassar dan berakhir awal semester. Gaji yang didapatkan dari situlah dibayarkan uang kuliah.

Seusai dari pekerjaan itu, Siraj kemudian bekerja di salah satu warung kopi dekat dari rumahnya. Hasil yang didapatkan di situ pun dibayarkan untuk biyaya kuliah. Dan, pengalaman dari sinilah, akhirnya Siraj berpikir membangun usah kecil menjual kopi keliling.

“Sebelum jual kopi keliling, saya juga pernah jadi kuli bangunan, pengantar bahan bangunan, dan bekerja di warkop. Dan dari hasil ini semua saya pakai membayar biaya kuliah. Saya tidak pernah dibayarkan oleh orang tua, saya sendiri yang cari uang. Dan sampai sekarang masih saya lakukan,” pungkasnya.